Bata ringan adalah batu bata yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata pada umumnya.
Bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam mortar akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata ringan AAC dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai Non-Autoclaved Aerated Concrete (NAAC).
Sejarah Bata Ringan
Bata ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Bata ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943.
Bata Ringan AAC
Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).
Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan.
Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton aerasi yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan.
Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan alumunium pasta, terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.
Bata Ringan CLC
Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) diganti dengan gelembung udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang kurang stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam/busa berfungsi hanya sebagai media untuk membungkus udara.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard, sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 kg/m³ sampai 1.800 kg/m³ dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N/mm².
Pasir sungai berukuran 2, 4, 6 dan 8mm dapat digunakan, tergantung pada kepadatan yang diinginkan. Semen portland menawarkan kinerja paling optimal tetapi kebanyakan jenis lain semen juga bisa digunakan. kepadatan beton bisa disesuaikan, berbagai ukuran dan maupun panel prefab dapat diproduksi, di atas kepadatan dari 1.200 kg / m³ (setengah dari berat beton konvensional) untuk aplikasi struktural dapat mengunakan rangka baja.
Pada CLC Gelembung udara yang dihasilkan benar-benar terpisah satu sama lain, sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi dengan lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga tidak memerlukan pla-ster, seperti pada AAC, hanya cukup di cat saja. Penyerapan air lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik dibandingkan dengan beton konvensional.
CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan bertambah seiring dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan berat badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi termal 500% lebih tinggi dan tahan api.
Paku dan Sekrup dapat dengan mudah dipaku ke CLC terus tanpa harus menggunakan pen, CLC juga dapat dipotong atau digergaji. Bahkan panel dinding rumah seluruhnya dapat dicetak hanya dalam sekali tuang.
Beton CLC menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari isolasi atap rumah pada kepadatan serendah 350 kg / m³ sampai dengan produksi panel dan lantai beton dengan kepadatan 1800 kg / m³.
Perbedaan lain bata ringan AAC dan CLC
Bata ringan AAC berwarna lebih putih karena adanya proses campuran kapur. Pada pembuatan bata ringan CLC mempunyai warna Abu karena campuran pasir Berat bata ringan AAC berkisar 6 kg dan bata ringan CLC lebih berat yaitu 10 kg. Pada penggunaan aplikasi pemasangan pada bata ringan AAC harus atau bisa menggunakan semen instan atau mortal sedangkan bata ringan CLC dapat menggunakan semen biasa
Ukuran Bata Ringan
Pada umumnya produsen bata ringan di Indonesia baik AAC maupun CLC memproduksi bata ringan standar dengan ukuran 60 x 20 x 7,5 cm dan 60 x 20 x 10 cm serta di jual ke konsumen dalam satuan kubikasi, dengan minimal pembelian antara 11 m3 / truk sampai 13 m3 / truk. Dengan melakukan pembelian sesuai jumlah minimal, maka harga perolehan akan menjadi relatif murah. Kenyataannya, tidak semua konsumen membeli sesuai syarat minimal yang ditetapkan produsen, terutama pengguna pribadi, pada umumnya mereka membeli dibawah volume minimal, bahkan terkadang hanya membeli 1-2 kubik saja. Akibatnya, mereka membeli dengan harga relatif lebih mahal.
Sebelum pemilik bangunan memutuskan untuk membeli bata ringan untuk keperluan pembangunan rumah pribadi, sebaiknya pemilik melakukan perhitungan rencana pemakaian bata ringan, sehingga biaya pembangunan rumah tinggal masih berada dalam anggaran yang sudah disediakan.
Menghitung Kebutuhan Bata Ringan
Sebelum melakukan pembelian Bata Ringan, sebaiknya dihitung terlebih dahulu perkiraan kebutuhan Bata Ringan yang akan dipergunakan, agar tidak terjadi kelebihan pembelian. Dan beberapa hal harus diketahui sebagai langkah awal adalah :
Perbedaan lain bata ringan AAC dan CLC
Bata ringan AAC berwarna lebih putih karena adanya proses campuran kapur. Pada pembuatan bata ringan CLC mempunyai warna Abu karena campuran pasir Berat bata ringan AAC berkisar 6 kg dan bata ringan CLC lebih berat yaitu 10 kg. Pada penggunaan aplikasi pemasangan pada bata ringan AAC harus atau bisa menggunakan semen instan atau mortal sedangkan bata ringan CLC dapat menggunakan semen biasa
Ukuran Bata Ringan
Pada umumnya produsen bata ringan di Indonesia baik AAC maupun CLC memproduksi bata ringan standar dengan ukuran 60 x 20 x 7,5 cm dan 60 x 20 x 10 cm serta di jual ke konsumen dalam satuan kubikasi, dengan minimal pembelian antara 11 m3 / truk sampai 13 m3 / truk. Dengan melakukan pembelian sesuai jumlah minimal, maka harga perolehan akan menjadi relatif murah. Kenyataannya, tidak semua konsumen membeli sesuai syarat minimal yang ditetapkan produsen, terutama pengguna pribadi, pada umumnya mereka membeli dibawah volume minimal, bahkan terkadang hanya membeli 1-2 kubik saja. Akibatnya, mereka membeli dengan harga relatif lebih mahal.
Sebelum pemilik bangunan memutuskan untuk membeli bata ringan untuk keperluan pembangunan rumah pribadi, sebaiknya pemilik melakukan perhitungan rencana pemakaian bata ringan, sehingga biaya pembangunan rumah tinggal masih berada dalam anggaran yang sudah disediakan.
Menghitung Kebutuhan Bata Ringan
Sebelum melakukan pembelian Bata Ringan, sebaiknya dihitung terlebih dahulu perkiraan kebutuhan Bata Ringan yang akan dipergunakan, agar tidak terjadi kelebihan pembelian. Dan beberapa hal harus diketahui sebagai langkah awal adalah :
1 kubik bata ringan dengan ukuran 60x20x10 cm berisikan 83 buah bata ringan atau (1m3/(0.1x0,2x0,6) = 83 buah / m3
1 kubik bata ringan dengan ukuran 60x20x7,5 cm berisikan 111 buah bata ringan atau (1m3/(0.075x0,2x0,6) = 111 buah / m3
Satuan ukuran pembelian bata ringan menggunakan kubikasi.
Selanjutnya kita perlu mengetahui jumlah bata ringan yang dibutuhkan untuk menutup 1 m2 suatu bidang (dinding). Caranya adalah :
Luas 1 m2 Dinding dibagi Luas 1 buah Bata Ringan (panjang x lebar) = 1 m2 : (0,2×0,6) m2 = 1 : 0,12 = 8,3 buah / m2
Sebagai ilustrasi berikut diberikan contoh :
Jika kita mempunyai 2 buah ruangan yang akan dipasangi bata ringan, dengan ukuran P (Panjang), Lebar (L) serta Tinggi (T) sebagai berikut :
- Ruang No. 1 (R-1) mempunyai ukuran P = 4 m, L = 3 m dan T = 3 m
- Ruang No. 1 (R-2) mempunyai ukuran P = 6 m, L = 5 m dan T = 3 m
Berapa Jumlah Bata Ringan yang harus dibeli ?
Jawab :
R-1 mempunyai 4 Sisi Dinding, maka Keliling Dinding R-1 = 2 x (4x3) m + 2 x (3x3) m = 33 m2
R-2 mempunyai 4 Sisi Dinding, maka Keliling Dinding R-2 = 2 x (6x3) m + 2 x (5x3) m = 66 m2
Total Luas Dinding yang dipasangi Bata Ringan = 33 m2 + 66 m2 = 99 m2
Kebutuhan Bata Ringan untuk :
- R-1 = 33 m2 x 8,3 buah / m2 = 273,9 Buah
- R-2 = 66 m2 x 8,3 buah / m2 = 547,8 buah
- Total Kebutuhan Bata Ringan = 273,9 buah + 547,8 buah = 821,7 buah
Maka Jumlah Kubikasi Bata Ringan yang Harus Dibeli adalah :
- Jika Menggunakan Bata Ringan Ukuran 60x20x10 = 821,7 buah : 83 buah / m3 = 9,9 m3
- Jika Menggunakan Bata Ringan Ukuran 60x20x7,5 = 821,7 buah : 111 buah / m3 = 7,4 m3
Demikianlah cara menghitung kebutuhan Hebel atau Bata Ringan di atas bisa menjadi pengetahuan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Sumber