Bambu adalah tanaman
dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia, dilaporkan dapat tumbuh 100 cm
(39 in) dalam 24 jam. Namun
laju pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis
spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm
(1.2–3.9 in) per hari. Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode
Cretaceous, di wilayah yang kini disebut dengan Asia. Beberapa dari
spesies bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30 m (98 ft) tingginya,
dan bisa mencapai diameter batang 15–20 cm (5.9–7.9 in). Namun
spesies tertentu hanya bisa tumbuh hingga ketinggian beberapa inci saja.
Bambu termasuk dalam
keluarga rumput-rumputan, yang dapat menjadi penjelasan mengapa bambu memiliki
laju pertumbuhan yang tinggi. Hal ini berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu
akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem. Tidak seperti
pohon, batang bambu muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh
hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4
bulan). Selama beberapa bulan tersebut, setiap tunas yang muncul akan tumbuh
vertikal tanpa menumbuhkan cabang hingga usia kematangan dicapai. Lalu, cabang
tumbuh dari node dan daun muncul. Pada tahun berikutnya, dinding batang yang
mengandung pulp akan mengeras. Pada tahun ketiga, batang semakin mengeras.
Hingga tahun ke lima, jamur dapat tumbuh di bagian luar batang dan menembus
hingga ke dalam dan membusukkan batang. Hingga tahun ke delapan (tergantung
pada spesies), pertumbuhan jamur akan menyebabkan batang bambu membusuk dna
runtuh. Hal ini menunjukkan bahwa bambu paling tepat dipanen ketika berusia
antara tiga hingga tujuh tahun. Bambu tidak akan bertambah tinggi atau membesar
batangnya setelah tahun pertama, dan bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak
akan digantikan oleh tunas bambu baru di tempat ia pernah tumbuh.
Banyak spesies bambu
tropis akan mati pada temperatur mendekati titik beku, sementara beberapa bambu
di iklim sedang mampu bertahan hingga temperatur −29 °C (−20 °F).
Beberapa bambu yang tahan dingin tersebut mampu bertahan hingga zona 5-6 dalam
kategori USDA Plant Hardiness Zones, meski pada akhirnya mereka akan
meruntuhkan daun-daunnya dan menghentikan pertumbuhan, namun rizomanya akan
selamat dan menumbuhkan tunas bambu baru di musim semi berikutnya.
Bambu dari genus
Phyllostachys dikategorikan sebagai spesies invasif di Amerika Serikat dan jual-beli
maupun perbanyakan adalah ilegal.
Sebagai
Makanan Hewan
Tunas bambu empuk,
ranting, dan dedaunan adalah sumber makanan utama dari panda di Cina, panda merah di Nepal,
dan lemur bambu di Madagascar. Tikus memakan buah bambu. Gorilla
gunung Afrika juga
memakan bambu, dan telah didokumentasikan mengkonsumsi nira bambu yang telah
berfermentasi dan mengandung alkohol. Simpanse dan gajah juga memakan bagian dari batang bambu.
Larva dari pelubang
bambu (ngengat Omphisa
fuscidentalis) di Laos, Myanmar, Thailand, dan Cina memakan pulp dari bambu yang masih
hidup. Larva ngengat ini menjadi bahan makanan setempat.
Pembungaan
Massal
Kebanyakan bambu berbunga sangat jarang. Faktanya, bambu hanya berbunga dengan interval 5 sampai 120 tahun. Pembungaan massal pada spesies tertentu berbeda-beda waktunya. Pembungaan massal yang paling lama periodenya adalah bambu dari spesies Phyllostachys bambusoides. Spesies ini berbunga secara massal dalam waktu bersamaan meski terpisah secara geografis dan iklim, dan setelah itu bambu akan mati menyisakan rizomanya. Pembungaan ini memiliki dampak yang kecil, sehingga mengindikasikan keberadaan alarm biologis di dalam sel yang memicu penjatahan energi untuk memproduksi bunga dan menghentikan pertumbuhan vegetatif. Mekanisme ini, termasuk penyebabnya secara volusi, masih menjadi pertanyaan.
Satu hipotesis yang
menjelaskan evolusi dari
pembungaan massal ini adalah untuk "mengenyangkan" predator, di mana
pembungaan dan pembuahan dalam waktu yang bersamaan akan meningkatkan ketahanan
populasi benih mereka dengan membanjiri area dengan buah sehingga predator akan
memakan yang mereka butuhkan dan lalu meninggalkan biji-bijian yang tersisa
untuk tumbuh menjadi tanaman baru. Bambu memiliki siklus pembungaan yang jauh
melebihi usia hidup rodent sehingga
mampu mengatur populasi rodent agar tidak terbiasa memakan buah bambu. Dan
bambu dewasa yang mati sebelum berbunga akan lebih efektif jika tidak
dipertahankan sebagai mekanisme penyimpanan energi untuk melakukan pembungaan
Hipotesis lainnya adalah
berdasarkan pada teori kebakaran hutan bambu, di mana kematian massal pasca
pembungaan memicu gangguan habitat. Bambu yang mengering di atas biji-bijian
yang telah jatuh di atas tanah dapat memicu kebakaran hutan akibat sambaran
petir Karena
bambu dapat menjadi tanaman suksesi yang agresif, dan tunas bambu yang baru
dapat mencegah pertumbuhan tanaman yang lain sehingga mereka mampu menguasai
lahan.
Namun kedua hipotesis
diragukan dengan berbagai alasan. Hipotesis "pengenyangan" predator
tidak menjelaskan secara detail mengapa pembungaan massal memakan waktu hingga
10 kali usia hidup rodent. Dan hipotesis kebakaran bambu diragukan karena tidak
ditemukan bukti terjadinya kebakaran hutan bambu akibat sambaran petir; hampir
semuanya disebabkan oleh manusia. Dan
teori pemanfaatan sambaran petir sebagai satu-satunya alasan dalam kemajuan
evolusi bambu diragukan karena sambaran petirmerupakan
kejadian alam yang sangat tidak terduga. Meski
kebakaran hutan akibat sambaran petir sebenarnya terjadi dalam jangka waktu
evolusi kehidupan di bumi di beberapa tempat. Dan spesies tanaman Pinus
contorta membutuhkan
pemicu ekologis seperti kebakaran hutan untuk menyebarkan biji lebih cepat, dan Sequoiadendron giganteum membutuhkan kebakaran hutan agar tunas
mereka mampu mendominasi hutan.
Pembungaan massal juga
memiliki dampak ekonomi dan ekologis. Kemunculan buah bambu yang secara drastis
dapat memicu pertumbuhan populasi rodent, sehingga dapat memicu kerusakan
tanaman pertanian setempat. Seperti pembungaan massal oleh tanaman bambu Melocanna
bambusoides di Teluk
Bengal yang terjadi
setiap 30-35 tahun sekali.Rodent
juga memicu penyebaran penyakit seperti typhus, typhoid,
dan wabah
pes
Dalam beberapa kasus,
pembungaan massal memicu munculnya kultivar baru di tempat tersebut dengan
karakteristik yang berbeda dengan populasi bambu sebelumnya. Sehingga periode pembungaan
berikutnya mungkin tidak akan sama dengan periode pembungaan sebelumnya.
Pembudidayaan
Bambu tumbuh dengan cara menyebarkan perakaran
dan rizomanya di bawah tanah. Persebaran ini bisa sangat luas, dan jika tidak
dikendalikan bisa menyebabkan tunas tumbuh di tempat yang tidak diinginkan,
bahkan berpotensi invasif. Seberapa luas perakaran bambu menyebar
ditentukan oleh jenis tanah dan iklim setempat. Rizoma yang berada di dalam tanah bisa dipotong jika
diinginkan, dan jika rizoma terpisah dari badan utamanya, biasanya akan mati.
Kayu komersial
Kayu bambu dihasilkan dari bambu budidaya dan
bambu liar, biasanya dari genus Phyllostachys Di Indonesia, bambu bahan bangunan di antaranya dihasilkan
oleh marga-marga Bambusa (misalnya, bambu ampel), Dendrocalamus (mis. bambu betung), dan Gigantochloa (mis. bambu ater, bambu gombong)
Pemanenan kayu
Bambu yang digunakan
untuk kegiatan konstruksi harus dipanen ketika batang mencapai kekuatan
tertingginya dan ketika kadar gula di dalam batang berada dalam kondisi
terendah, karena keberadaan gula mempermudah bambu untuk diserang hama.
Konstruksi
Rumah-rumah di pedesaan
Jawa dan Sunda masih banyak yang memakai dinding bambu. Pohon bambu yang tebal
terutama di bagian pangkal dipakai sebagai kaso. Batang bambu juga banyak
dipakai sebagai jembatan darurat.
Bambu berkualitas tinggi
lebih kuat dibandingkan baja sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bangunan maupun senjata