MAJALENGKA SENTRA PENGHASIL GENTENG JATIWANGI



Sejarah Genteng Jatiwangi
Genteng Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Cirebon memiliki kualitas yang luar biasa bagus. Genteng Jatiwangi sampai terkenal ke berbagai pelosok penjuru tanah air. Keberadaan Genteng Jatiwangi tak terlepas dari seseorang yang dinilai sangat berjasa yaitu Bapak Uhe, hingga industri genteng Jatiwangi tumbuh subur bak jamur di musim hujan di Majalenka.
Bapak Uhe adalah warga Desa Burujul Kecamatan Jatiwangi. Awal mulanya Bpk. Uhe membuat jenis genteng secara tradisional dan sifatnya terbatas. Dalam menggeluti usahanya, Uhe merupakan sosok yang pantang menyerah dalam mewujudkan keinginannya. Ia pun termasuk orang yang tidak medit dalam memberikan keahliannya membuat genteng kepada siapapun.
Sehingga masyarakat sekitar kala itu banyak yang menimba ilmu dan mulai tertarik dengan apa yang dikerjakan Uhe. Dengan penuh keikhlasan ia pun mengajarkan cara pembuatan genteng kepada masyarakat yang membutuhkan. Seiring dengan berjalannya waktu, ajal pun menjemput almarhum Uhe. Di akhir hayatnya, ia tidak mewariskan perusahaan pabrik genteng kepada anak-anaknya. Namun ia telah memberikan pengetahuan cara membuat genteng, hingga akhirnya warga sendiri yang melanjutkan dan mengembangkan usaha genteng yang dirintis oleh dirinya. 

Seiring dengan berputarnya waktu hingga pembuatan genteng secara tradisional atau generasi pertama mulai ditinggalkan. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1960-an. Generasi kedua ini dilanjutkan Bapak Ikhwan yang menemukan cara pengolahan genteng dengan kualitas lebih baik lagi. Bahkan sekitar tahun 1962 salah seorang pengusaha genteng bernama Hasra pernah dikunjungi Mantan Wakil Presiden RI pertama RI, Bapak Muhammad Hatta. Hasra sendiri memandu beliau berkeliling melihat suasana pabrik, sambil melihat tata cara pembuatan genteng. Disana Bung Hatta memberikan saran dan motivasi agar masyarakat terus memaksimalkan pengelolaan pabrik genteng di Jatiwangi untuk terus berkembang lebih baik lagi.

Pada tahun 1977 pada masa orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto mulailah menjalankan program Pembangunan Lima Tahun (PELITA). Sebagian masyarakat yang dulunya mengolah genteng secara tradisonal merubahnya menjadi mesin. Hal ini mungkin didorong karena program pembangunan di era zaman Presiden Soeharto telah banyak banyak memberikan manfaat.
Pada sekitar tahun 1980 sampai tahun 1997 masyarakat yang mempunyai modal mulai membuka usaha sendir-sendiri dan merintis usaha membangun pabrik genteng. Kebanyakan para pengusaha saat itu hanya berpendidikan SMA/SMEA ke bawah. Entah alasan apa pengusaha saat itu lebih memilih mengembangkan usaha genteng ketimbang mencari ilmu di bangku kuliah. Namun alasan yang paling mendasari, karena mencari ilmu setinggi apapun, ujung-ujungnya mencari uang. Itulah yang melatarbelakangi mereka, mengapa kebanyakan pengusaha genteng itu lulusan SMA/SMK.
Ketika bisnis genteng tengah menggeliat dan genteng Jatiwangi terkenal sampai ke berbagai penjuru daerah, karena kualitasnya sangat bagus. Negara Indonesia terkena badai krisis ekonomi dan moneter (Krismon). Hal itu berimbas buruk terhadap bisnis genteng yang dikelola masyarakat Jatiwangi. Hal tersebut ditandai dengan tidak seimbangnya harga genteng dan bahan baku, serta naiknya upah buruh dan melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi itu diperparah sepinya program pemerintah, mengakibatkan banyak perusahaan genteng yang gulung tikar. Para pengusaha genteng pun sangat kesulitan memasarkan produk yang dikelolanya, hingga pada akhirnya pengusaha pun kehabisan modal.
Apalagi situasi perekonomiannya kala itu belum stabil, banyak para pengusaha genteng yang menyerah dan tidak melanjutkan bisnisnya. Akan tetapi masih ada sebagian pengusaha genteng yang masih bertahan meski dihantam krisis monoter, hingga berdiri sampai saat ini.
Sesuai dengan perkembangnya kegiatan, akhirnya dibentuk Asosiasi Pengusaha Genteng Jatiwangi (APEGJA). Kemudian banyak digelar beragam acara seperti pada tahun 2012 lalu digelar Festival Musik Keramik Rampak 1001 Penabeuh.  Yang pesertanya terdiri dari Persit (Istri prajurit TNI),Kodim 0617 Majalengka, murid SD, SMP, SMU, MA, PNS, PGRI, aparat kepolisian, Bhayangkari (istri Polri), Kepolisian, Fatayat NU, anggota PKK, Darma Wanita dan lain sebagainya. Lokasinya di lapangan eks Pabrik Gula Jatiwangi Desa/Kecamatan Jatiwangi.


Yang terbaru belum lama ini, para pengusaha pabrik genting dan Jatiwangi Art Factory (JAF). Mereka menggelar lomba binaraga khusus para buruk pabrik genteng yang mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Kegiatan ini dalam rangka menghibur dan memotivasi para buruh dalam menjalankan pekerjaanya.Namun sekarang usaha genteng Jatiwangi kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam upaya mendongkrak perekonomiaan masyarakat. Termasuk pengusaha genteng mengeluhkan semakin menipisnya persediaan bahan baku tanah sebagai bahan utama dalam pembuatan Genteng.



Pembuatan Genteng

Genteng Jatiwangi merupakan genteng atap rumah / penutup rumah dari bahan baku Tanah Liat yang diolah dan dilembutkan dengan dicampur sedikit pasir dan dibentuk seperti kotak-kotak sesuai dengan ukuran genteng lalu di Press. Para pelaku usaha dan tenaga kerja  kebanyakan dari kecamatan jatiwangi saat ini ada sekitar 500 lebih pengusaha genteng jatiwangi yang masih aktif  dengan berbagai macam merek genteng tergantung dari si pembuat / memproduksi genteng jatiwangi tersebut.

Genteng jatiwangi atau genteng jatiwangi majalengka merupakan ciri khas dari  nama daerah dikecamatan Jatiwangi kabupaten majalengka provinsi jawa barat karena kebanyakan mayoritas penduduknya notabene memproduksi genteng. di kecamatan jatiwangi kabupaten majalengka bukan saja genteng yang menjadi sentra industri ada juga seperti pengrajin batu alam, bata merah, pasir, paving block, dan roster.

Produk – Produk  Genteng Jatiwangi diantaranya adalah Genteng  Jatiwangi Kodok (Jarang diproduksi) hanya genteng abadi jatiwangi yang masih memproduksi, Genteng Jatiwangi Gambe, Genteng Jatiwangi Palentong dan Genteng  Jatiwangi Morando dan ada  2 (dua)  jenis genteng jatiwangi yaitu Genteng Jatiwangi Natural (tanpa warna) dan Genteng Jatiwangi Glazur / keramik. Permukaan genteng glazur dilapisi dari bahan glazur / keramik seperti warna brown (coklat kopi) Warna Transparan (merah bata), Warna Hitam, Hijau, biru  dan Merah Marun sehingga genteng tampak lebih indah, awet,  anti lumut dan anti jamur. Karena menggunakan bahan glazur/keramik genteng tersebut tidak akan pernah pudar hingga puluhan tahun.

Genteng Jatiwangi saat ini pemasarannya telah tersebar di seluruh kota di Indonesia baik secara offline maupun online karena kemajuan teknologi informasi, sehingga masyarakat lebih mudah memperolehnya.

Genteng Jatiwangi merupakan salah satu solusi untuk urusan atap rumah, dimana harga terjangkau dan stabil (tidak terpengaruh terhadap fluktuatif mata uang asing), mudah didapat, cara pemasangan dan perawatan mudah namun tetap Elegan serta  bisa disesuaikan kedalam bentuk atap rumah baik bentuk rumah minimalis, maupun bentuk rumah modern, dan seiring perkembangan jaman rangaka atap rumah sendiri selain menggunakan kayu saat ini menggunakan rangka baja ringan dan Genteng Jatiwangi pun bisa digunakan / dipasang di rangka atap baja ringan.

Dan ditengah-tengah persaingan ketat dengan para kompetitor produsen genteng  teknologi modern seperti genteng metal, genteng aspal, genteng almunium,  genteng keramik, genteng pasir, genteng fiberglass dan genteng beton. Diharapkan kedepannya genteng yang berbahan baku dari Tanah Liat tetap bertahan dan digemari oleh konsumen dalam negeri. Produsen Genteng dari bahan baku tanah liat bukan saja genteng jatiwangi namun ada beberapa produsen genteng seperti Genteng Plered Purwakarta, Genteng Sokka Kebumen, Genteng Mantili Jepara, Genteng Tulungagung, Genteng Lumajang, Genteng Trenggalek dan Genteng Pejaten Bali dan masih banyak lagi.

Negara Indonesia saat ini memasuki Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan banyak barang dan jasa dari semua negara asean akan lebih bebas untuk masuk ke Indonesia dan juga sebaliknya ekspor barang dan jasa Indonesia ke negara-negara Asean tersebut akan lebih bebas. Diharapkan masyarakat Indonesia lebih memilih produk dalam negeri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan para pengusaha lokal (UKM) untuk lebih siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam membuka pangsa pasar lebih luas dan harus mempersiapkan diri dari berbagai lini terutama SDM (sumber daya manusia), teknologi dan kualitas barang produksi yang kita hasilkan.

Dengan adanya MEA ini, diharapkan genteng Jatiwangi dapat mengekspor produknya keseluruh negara anggota MEA.


Semoga ....................